Google organisasi Digital Global menyumbang USD 1 Juta atau sekitar Rp.13 M untuk komunitas Bebras Indonesia, Sebuah organisasi edukasi non profit di Perpustakaan indonesia saat peluncuran Grow with Google. Grow with Google merupakan program yang ditujukan membantu semua orang mendapatkan akses ke berbagai program, pelatihan dan fitur terbaik dari Google untuk mengembangkan keterampilan, karier, dan bisnis, guna mempersiapkan mereka dalam menghadapi era ekonomi digital saat ini.

Sumbangan ini diberikan untuk membantu pelatihan keahlian berpikir Computational bagi 22 ribu guru di 22 kota besar di indonesia. Pengertian dari berpikir Computational atau Berpikir komputasi sendiri adalah sebuah metoda pemecahan masalah dengan mengaplikasikan/melibatkan teknik yang digunakan oleh software engineer dalam menulis program, tidak berarti berpikir seperti komputer, melainkan berpikir tentang komputasi di mana sesorang dituntut untuk memformulasikan masalah dalam bentuk masalah komputasi dan menyusun solusi komputasi yang baik (dalam bentuk algoritma) atau menjelaskan mengapa tidak ditemukan solusi yang sesuai.

Selan itu, mereka juga membantu 2 juta murid lewat materi online dan offline bagaimana cara belajar dan berpikir kritis dalam memecahkan suatu masalah sulit, agar mereka tidak hanya menghafal. Inisiatif fini dinamai Gerakan Pandai, yang bakal dilaksanakan selama dua tahun.

 

 

Kita membuat sesuatu dengan Bebras dengan program komputasi di sekolah-sekolah, hasilnya bisa melibatkan beberapa pelajar, jadi kita belajar dari murid tersebut. Kita senang bisa umumkan menyediakan dana USD 1 juta (Rp 137,1 miliar),” kata President Google Asia Pasific, Scott Beaumont, dilansir dari detik.com dalam acara Grow with Google, di Jakarta, Selasa (18/2/2020).

Pungkas Scott, antusiasme Indonesia untuk maju dan berkembang menjadi pemacu Google untuk berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Indonesia.

Baca Juga :  Maksimalkan Operasional Bisnis Anda dengan Google G Suite

 

Kita bersemangat melayani Indonesia lewat Google di Indonesia. Ketika bicaratentang membangun keterampilan dari industri kelas menengah sampai besar, kami memastikan kami bisa memberi edukasi sehingga indonesia merasakan manfaatnya,” kata Scott.

Menurut studi baru dari AlphaBeta, jika pemerintah, kalangan bisnis, dan masyarakat mampu bekerja sama meningkatkan kualitas edukasi dan ketrampilan digital hingga tahun 2030, ketrampilan digital mampu menyumbang hingga Rp4,411 triliun atau 16 persen dari PDB yang diproyeksikan. Untuk tahun ini ketrampilan digital hanya menyumbang Rp 908 triliun atau 6 persen dari PDB nasional.

Ketua Bebras Indonesia Inggriani Liem mengatakan, menjadi pengguna teknologi yang terampil, baik, dan beretika saja tidak cukup. “Pengajar era digital harus tidak gaptek tapi karena Indonesia tidak semua tersentuh digital yang penting harus ada pemikiran maju, ketika dia pindah environment ada digitalnya, dia bisa. Zaman sekarang kita hidup di dunia, separuh digital setengah di dunia real. Karena berdiri di dua digital, akan membentuk muridnya jadi kreator, dibutuhkan computational thinking,” pungkasnya.

“Kita perlu menumbuhkan kemampuan berpikir computational anak sejak dini, agar suatu hari Ia dapat menjadi pencipta produk-produk digital,” tukas Liem.