Python sudah menjadi salah satu bahasa pemrograman yang sangat populer bahkan hingga saat ini. Terutama untuk pengembangan website. Fleksibilitas serta kemudahan penggunaannya mampu membuat banyak pengembang memilih Python untuk membangun aplikasi berbasis web. Dalam ekosistem Python, terdapat tiga framework utama dan perbandingan framework backend yang sering digunakan. Dalam artikel ini akan membahas mengenai ketiga dari framework tersebut.
Perbandingan Framework Backend: Django, Flask, dan FastAPI
Dalam Python, tigaa framework ini adalah Django, Flask, dan juga FastAPI. Masing-masing dari framework ini tentu saja memiliki karakteristik yang berbeda, baik dari segi fitur, performa, atau kemudahan dalam penggunaannya.
Anda akan mengetahui banyak hal melalui laman ini sebab kami akan mengulas perbedaan, kelebihan, kekurangan, serta situasi di mana masing-masing framework tersebut lebih cocok untuk digunakan. Dengan pemahaman yang baik, tentu saja Anda dapat memilih framework yang paling sesuai dengan berbagai kebutuhan proyek.
Baca juga: 10 Rekomendasi Framework Javascript Terbaik untuk Developer
Django
Django merupakan perbandingan framework backend pertama yang akan kita bahas. Ini adalah framework web full-stack yang biasanya banyak perusahaan besar pakai, seperti Instagram, Dropbox, dan Spotify. Framework ini memiliki julukan, yaitu “framework web untuk perfeksionis dengan tenggat waktu”. Alasannya adalah karena Django telah dirancang supaya pengembangan aplikasi web menjadi lebih cepat dan juga mudah.
Framework ini pertama kali rilis sebagai proyek open-source di tahun 2005 dan masih terus berkembang bahkan sampai sekarang. Nah, perlu Anda ketahui bahwa Django ini cocok untuk berbagai jenis aplikasi web. Ini meliputi media sosial, e-commerce, berita, hingga hiburan. Selain itu, Django juga menggunakan arsitektur Model View Template (MVT). Berikut adalah detail kegunaannya:
- Model: Ini mampu mengelola data dan strukturnya.
- View: Dapat mengatur logika bisnis, memproses permintaan, serta mampu mengambil data dari model.
- Template: Mampu menampilkan data ke pengguna. Ini mirip dengan adanya konsep View dalam arsitektur MVC (Model View Controller).
Sebagai framework full-stack, framework backend Django ini bisa berguna untuk membangun seluruh aplikasi web. Mulai dari database sampai dengan frontend HTML serta JavaScript. Tidak hanya itu saja, ada pula Django REST Framework. Ini akan memungkinkan bahwa Django dikombinasikan dengan React atau framework frontend lainnya dengan tujuan guna membantu aplikasi berbasis web dan juga mobile.
Kelebihan Django
Berikut ini adalah kelebihan dari framework Django:
- Fitur Lengkap: Django punya banyak sekali fitur bawaan di dalamnya. Ini seperti autentikasi, caching, validasi data, serta manajemen sesi. Fitur tersebut mampu membantu mempercepat pengembangan dan mengurangi bug pada sistem.
- Mudah Dikonfigurasi: Dengan adanya fitur bawaan yang lengkap, Django dapat meminimalkan ketergantungan pada paket eksternalnya. Dengan demikian, ini jauh lebih mudah dalam pengaturan awal.
- Dukungan Database: Django memakai Object Relational Mapping (ORM). Fitur ini dapat memudahkan pengelolaan database, seperti SQLite, MySQL, serta PostgreSQL. Tentu saja tanpa perlu lagi menulis SQL secara langsung.
- Keamanan: Django telah lengkap dengan adanya perlindungan ekstra terhadap serangan. Seperti halnya XSS (Cross Site Scripting), SQL Injection, dan juga Clickjacking.
- Skalabilitas: Django juga dapat memungkinkan penggunaan scaling horizontal, caching untuk mengurangi beban database, serta pemrosesan asinkron guna meningkatkan efisiensi.
- Komunitas Besar & Dokumentasi Lengkap: Django mempunyai komunitas yang sangat luas dengan banyaknya tutorial, serta adanya dokumentasi yang telah tersedia.
Kekurangan Django
Berikut adalah kekurangan dari framework Django:
- Terlalu Berat untuk Aplikasi yang Kecil: Django ini dirancang dengan adanya fitur yang lengkap, sehingga bisa terasa berlebihan untuk proyek Anda yang terbilang kecil.
- Kurva Pembelajaran yang Curam: Sebab memiliki banyak fitur, Django juga akan membutuhkan waktu lebih lama untuk dipelajari jika dilihat perbandingan framework backend lain yang jauh lebih ringan seperti Flask.
- Performa yang Lebih Lambat: Secara umum, Django ini terbilang lebih lambat daripada Flask dan FastAPI. Akan tetapi, fitur caching dan pemrosesan asinkron bisa lebih membantu untuk meningkatkan kecepatan.
Dengan demikian, Django ini bisa Anda gunakan pada aplikasi web dengan skala besar, seperti untuk e-commerce, sosial media, hingga portal berita dan hiburan. Selain itu, Django ini telah tersedia banyak fitur, sehingga mampu menjadi unggulan bagi pengembang yang memang mencari dan ingin menggunakan framework berfitur lengkap tanpa perlu mencari di luar web.
Baca juga: Tips Memilih Framework yang Tepat untuk Website
Flask
Usai mengetahui Django, kini mari kita lihat perbandingan framework backend selanjutnya, yakni Flask. Flask merupakan micro-framework yang berbasis Python. Fungsinya adalah untuk pengembangan backend. Kendati disebut “micro”, Flask ini tetap bisa Anda gunakan untuk proyek yang besar.
Flask juga memiliki inti sederhana yang dasarnya ada pada Werkzeug (WSGI) dan juga Jinja2 (templating engine). Nah, beberapa perusahaan besar yang telah menggunakan Flask adalah Netflix, Airbnb, serta Reddit.
Framework ini pertama kali rilis pada tahun 2010 silam. Flask memiliki pendekatan yang jauh berbeda dari Django. Apabila Django menyediakan banyak fitur bawaan, maka Flask justru sangat minimalis. Framework ini hanya memberikan kebebasan kepada Anda, sebagai pengembang, untuk memilih komponen tambahan yang menyesuaikan kebutuhan. Flask sendiri juga tidak memiliki database bawaan, ORM, maupun ODM. Dengan demikian, dalam hal ini Anda harus memilih sendiri teknologi yang ingin Anda gunakan.
Kelebihan Flask
Terdapat beberapa kelebihan dari framework Flask, berikut di antaranya:
- Ringan dan Fleksibel: Kelebihan utama dari Flask adalah adanya pendekatan yang minimalis, sehingga membuatnya cocok untuk proyek kecil, namun tetap bisa Anda perluas lagi untuk digunakan pada proyek yang lebih besar.
- Bebas Pilih Komponen: Dengan menggunakan Flask, Anda bisa memilih library dan framework tambahan untuk berbagai fitur, seperti autentikasi dan juga pengelolaan data.
- Mudah Dipelajari: Flask juga memiliki sintaks sederhana. Dengan begini, framework ini akan lebih cepat untuk Anda pahami dibandingkan dengan Django.
- Dapat Diskalakan: Struktur modular pada Flask dapat membantu memudahkan Anda, sebagai pengembang, untuk melakukan scaling horizontal. Selain itu, Flask juga dapat digunakan dengan menggunakan database NoSQL guna meningkatkan skalabilitas yang baik.
Komunitas Aktif dan Dokumentasi yang Lengkap: Kendati komunitasnya jauh lebih kecil daripada Django, kelebihan sekaligus perbandingan framework backend Flask daripada Django ini tetap memiliki banyak sumber daya dan dokumentasi teknis yang jauh baik.
Kekurangan Flask
Kendati kelebihannya jauh lebih banyak, Flask tetap memiliki kekurangan yang signifikan. Berikut antara lain:
- Tidak Memiliki Fitur Bawaan: Dalam hal ini, Flask tidak menyediakan adanya fitur bawaan untuk manajemen sesi, validasi data, maupun caching. Jadi, Anda harus memilih dan mengkonfigurasi ekstensi secara mandiri.
- Keamanan yang Minim: Flask hanya menyediakan perlindungan dasar. Ini meliputi seperti keamanan cookie saja. Sementara itu, keamanan aplikasi tergantung pada implementasi manual yang dilakukan oleh pengembang.
- Performa di Bawah FastAPI: Meski lebih cepat dari Django, ternyata Flask masih kalah cepat daripada framework FastAPI, terutama pada pemrosesan asinkron.
Dengan demikian, Flask masih cocok untuk Anda gunakan, dengan catatan sebagai pendukung proyek kecil sampai menengah yang membutuhkan fleksibilitas tinggi. Selain itu, Anda juga dapat mengontrol penuh teknologi yang ada di dalamnya.
FastAPI
FastAPI merupakan micro-framework yang dirancang untuk membangun API dengan adanya performa tinggi. Meski baru dirilis pada tahun 2018, FastAPI sudah menjadi sangat populer dan ada di peringkat ketiga dalam framework Python yang paling banyak digunakan sejak tahun 2021. Selain itu, memiliki dukungan bawaan untuk validasi data, serialisasi, dan dokumentasi API.
Kelebihan FastAPI
- Performa Tinggi: FastAPI dibangun untuk kecepatan dukungan pemrosesan asinkron dan WebSockets, menjadikannya framework tercepat daripada Django dan Flask.
- Mudah Diskalakan: FastAPI memiliki desain modular dan cocok untuk deployment berbasis container.
- Ikut Standar Industri: FastAPI kompatibel dengan OAuth 2.0, OpenAPI (Swagger) dan JSON Schema. Ini memudahkan implementasi autentikasi yang aman dan dokumentasi API.
- Dokumentasi Lengkap: FastAPI punya dokumentasi yang terus berkembang dan semakin banyak sumber daya komunitas.
Kekurangan FastAPI
- Belum Populer: FastAPI belum sepopuler Django atau Flask, jadi komunitasnya lebih kecil dan pengembangannya belum se-matang framework lain.
- Kurang Dukungan untuk Aplikasi Lengkap: FastAPI tidak memiliki banyak fitur bawaan seperti Django. Anda perlu membangun atau mencari ekstensi tambahan untuk fitur tertentu.
Aplikasi ini cocok untuk Anda yang ingin menerapkan platform real-time, machine learning, serta analitik data.
Penutup
Demikian pembahasan mengenai perbandingan framework backend Django, Flask, dan juga FastAPI. Tentu saja, memilih framework backend yang tepat seperti Django, Flask, atau FastAPI tergantung pada kebutuhan proyek dan prioritas Anda, baik dari segi kecepatan, fleksibilitas, maupun skalabilitas.
Perlu diketahui jika setiap framework memiliki keunggulan masing-masing, sehingga penting untuk menyesuaikan pilihan dengan tujuan pengembangan aplikasi Anda. Untuk mendukung pengembangan aplikasi backend yang optimal, IDCloudHost menyediakanlayanan Cloud VPS eXtreme dengan performa 6 kali lebih cepat, fleksibilitas spesifikasi, dilengkapi NVMe Storage dan infrastruktur handal. Anda dapat menjalankan aplikasi berbasis Django, Flask, atau FastAPI dengan stabil, aman, dan skalabel. Tunggu apalagi? Coba sekarang!